Friday, March 20, 2015

Koala , akan jadi keluarga baru Taman Safari Indonesia II di tahun 2015 ini

Koala (Phascolarctos cinereus) adalah salah satu binatang berkantung (marsupial) khas dari Australia dan merupakan wakil satu-satunya dari keluarga Phascolarctidae.
Pada umumnya, banyak dikatakan bahwa kata koala berasal dari bahasa Australia pribumi yang berarti tidak minum. Koala sebenarnya minum air tetapi sangat jarang karena makanannya, daun ekaliptus, sudah mengandung cukup air sehingga koala tidak perlu turun dari pohon untuk minum.
Coming Soon 2015 di Taman Safari Indonesia II
Koala dapat ditemukan di sepanjang pesisir timur Australia mulai dari Adelaide sampai ke Semenanjung Cape York, dan sampai jauh ke pedalaman karena ada curah hujan yang cukup untuk mendukung hutan yang cocok bagi koala.
Koala mirip dengan wombat (saudara terdekat mereka), namun memiliki bulu yang lebih tebal dan lembut, telinga yang lebih besar, dan kaki-tangan yang lebih panjang dilengkapi dengan cakar yang besar dan panjang untuk membantunya memanjat.
Beratnya bervariasi dari 14 kg untuk jantan selatan yang besar, sampai 5 kg untuk betina utara yang kecil. Mereka biasanya diam, tetapi koala jantan memiliki teriakan penarik yang kuat yang dapat didengar hampir satu kilometer pada musim kawin.

Ekologi dan Tingkah Laku
Tampak seekor koala sedang memakan daun ekaliptus. Koala hidup hanya dari daun ekaliptus. Daun ekaliptus mengandung protein dalam jumlah rendah, zat tak tercerna dalam kadar tinggi, dan mengandung senyawa fenol dan terpena yang beracun bagi spesies lain. Seperti wombat dan kukang, koala memiliki tingkat metabolisme yang rendah untuk seekor mamalia dan istirahat tanpa bergerak sekitar 20 jam sehari, dari kebanyakan waktu tersebut digunakan untuk tidur. Mereka makan tidak tergantung waktu, tetapi biasanya pada malam hari. Koala umumnya memakan 500 gram daun eucalyptus per hari, mengunyah mereka sampai menjadi pasta yang halus sebelum menelannya. Hatinya memisahkan bahan beracun dan siap untuk dibuang, dan "hind gut"nya (terutama caecum) lebih besar untuk mengambil jumlah nutrisi maksimum dari makanan yang berkualitas rendah.

Referensi Budaya Populer
Di budaya populer orang Barat, koala biasanya digambarkan sebagai sesuatu yang polos dan menyenangkan untuk dipeluk atau sebagai orang tua yang keras kepala yang tidak mudah diyakinkan oleh hal-hal disekitarnya.
Coming Soon 2015 di Taman Safari Indonesia II
Di seri iklan komersilnya, Qantas airlines menggunakan Koala sebagai karakter yang selalu mengeluh tentang reliabilitas penerbangan.
Team rugby Queensland Reds menggunakan koala sebagai logonya.
Acara anak-anak Australia mempunyai karakter animasi The Koala Brothers.
Blinky Bill adalah bintang koala di beberapa buku, acara TV, film, dan permainan.
"Koala Lumpur: Journey to the Edge" adalah permainan komputer dengan koala sebagain karakter utama.

Koala Sebagai Binatang Peliharaan
Walaupun penampilannya yang lucu, koala tidak pada umumnya dijadikan binatang peliharaan karena koala tidak cocok dengan lingkungan pinggiran kota. Di Australia menjadikan koala sebagai binatang peliharaan adalah melanggar hukum.

Sidik jari
Koala adalah salah satu dari hanya beberapa mamalia yang memiliki sidik jari. Sidik jari koala sangat mirip dengan sidik jari manusia; bahkan dibawah mikroskop, sangat sulit untuk membedakan keduanya.

2015
Di tahun 2015 ini, Koala akan menjadi keluarga baru di Taman Safari Indonesia II Prigen Pasuruan Jawatimur. Anda bisa melihat secara langsung bagaimana kelucuan Koala dan tingkah lakunya. Taman Safari Indonesia II mengembangkan visi dan misinya sebagai lembaga konservasi terbaik se- Asia, dengan mendatangkan Koala di Indonesia. 
Coming soon 2015 di Taman Safari Indonesia II

Wednesday, March 18, 2015

Blog & Fotography Workshop Taman Safari Indonesia II dan Kompas


Satu lagi acara keren yang diadakan oleh Taman Safari Indonesia II yaitu seminar tentang Blog & Fotografi yang dihadiri oleh lebih dari 100 peserta. Acara yang diselenggarakan dengan bantuan pihak Kompas, diadakan di hari Selasa 17 Maret 2015 berlangsung sangat baik dan mendidik. Acara dibanjiri oleh peserta yang didominasi oleh penulis – penulis muda, dan para pecinta fotografi, serta pembicara yang tidak kalah keren yaitu Arbain selaku senior fotografer Kompas dan Wisnu selaku kepala Desk Muda Kompas Jakarta.
Workshop tentang menulis
Acara yang diadakan di River View Restaurant  dimulai dengan sambutan dari General Manager Taman Safari Indonesia II yaitu Bapak I Ketut Gunarta, dan dilanjutkan dengan workshop tentang menulis oleh Wisnu Nugroho. Workshop menulis yang berlangsung selama hampir 2 jam ini, berlangsung secara menarik. Banyak sekali peserta yang melemparkan pertanyaan seputar bagaimana menulis dengan baik. Untuk menghindari kebosanan yang dirasakan oleh peserta, Taman Safari Indonesia II memberikan 10 Free Tiket Taman Safari Indonesia II.
Sambutan I Ketut Gunarta selaku GM TSI  II
Setelah makan siang, workshop dilanjutkan tentang fotografi. Workshop fotografi ini juga tidak kalah menarik dari workshop sebelumnya, Bapak Arbain selaku pembicara workshop fotografi tersebut menampilkan hasil – hasil foto terbaik dan pengalaman dia di dunia fotografer selama puluhan tahun. Tidak luput juga, Bapak Arbain menunjukan hasil foto – foto satwa yang berhasil dia ambil saat mengunjungi Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor, Taman Safari Indonesia II Prigen Pasuruan, dan Bali Safari Marine Park.
Workshop fotografi ini sangat bermanfaat sekali untuk peserta yang datang, dikarenakan setelah workshop fotografi selesai, tim dari Taman Safari Indonesia II memberikan edukasi tentang konservasi Gajah Sumatera yang pernah dilakukan oleh Taman Safari Indonesia II di kandang Gajah TSI II.
edukasi Gajah oleh tim Taman Safari Indonesia II
Setelah edukasi selesai, tim Taman Safari Indonesia II mengajak peserta untuk mengambil foto Gajah Sumatra secara dekat di exhibit Gajah Sumatra yang ada di lokasi Safari Adventure.
Peserta di exhibit Gajah
Diharapkan dengan adanya event ini, para penulis & fotografer muda lebih bisa mencari informasi lebih dalam mengenai konservasi satwa yang ada di Indonesia dan menjaga ekosistem lingkungan Indonesia.





R.A – Marcomm Taman Safari Indonesia II

"Sammy", Mascot Taman Safari Indonesia II bantu bersihkan sungai di Surabaya

Hari Minggu, memang menjadi hari yang sangat cocok untuk melakukan kerja bakti dan Taman Safari Indonesia II beruntung mendapat kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam program “Resik – Resik Kali Suroboyo Rek” . Di hari minggu pagi yang cerah, tepatnya tanggal 15 Maret 2015 tim Taman Safari Indonesia II berangkat ke Surabaya dengan misi membersihkan sungai di Surabaya. Acara yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Hotel & Media ini juga didatangi oleh Ibu Risma selaku Walikota Surabaya. 
Partisipasi Taman Safari Indonesia II "Resik-resik Kali Suroboyo Rek"
Acara ini dimulai di sungai depan Novotel Surabaya jam 06.00 pagi sampai jam 09.00 di Monumen Kapal Selam Surabaya. Acara ini berlangsung dengan baik dan menarik karena banyak sekali aktifitas – aktifitas yang tidak kita temui setiap harinya. “Acara ini sangat bagus sekali, mengingat Taman Safari Indonesia II juga bisa ikut membantu membersihkan lingkungan Jawa Timur dan memaksimalkan fungsi konservasi lingkungan”, tutur Bung Idham selaku HoD Sales & Marketing Taman Safari Indonesia II yang saat itu ikut turun di sungai.
Persiapan penyebaran benih ikan 
Acara ini di tutup dengan games – games seru yang diadakan di Monumen Kapal Selam dan penyebaran benih ikan di Sungai oleh perwakilan Hotel & Media serta beberapa perusahaan yang mendukung acara tersebut. Ada satu hal yang menarik dan mencuri perhatian, “Sammy” salah satu dari 5 mascott kebanggan Taman Safari Indonesia juga ikut turun di perahu karet untuk menyebarkan benih ikan di sungai Kalimas Surabaya.
"Sammy", maskot TSI II bantu bersihkan sungai
Dengan adanya acara ini, diharapkan menjadi satu pendorong untuk masyrakat lainnya agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan guna untuk kepentingan bersama


R.A – Marcomm Taman Safari Indonesia II

Wednesday, March 4, 2015

Teknologi Ramah Lingkungan dari kotoran Satwa Taman Safari Indonesia II Prigen Pasuruan Jawa Timur

Seiring berkembangnya zaman, permintaan akan gas alam ternyata semakin berkembang pula. Salah satu pemakaian gas alam yang cukup banyak adalah di Indonesia. Adanya alih energi dari minyak tanah ke gas, tentunya membuat mergin permintaan gas bumi semakin banyak pula. Disisi lain, harga minyak dunia dalam hal ini gas bumi, setiap tahunnya semakin meningkat. Tentunya adanya kenaikan ini akan menambah beban yang lebih berat lagi bagi  masyarakat kita. Adanya permintaan yang berlebih tentunya berpengaruh pula akan ketersediaannya di alam. Semakin lama semakin menipis, sehingga diperlukan suatu terobosan mengenai pencarian suatu energi alternatif yang terbaharukan sebagai pengganti bahan bakar fosil tersebut (dalam hal ini gas bumi).
Untuk mewujudkan misi Taman Safari Indonesia II Prigen (TSI II) untuk mengembangkan kegiatan konservasi melalui Riset, TSI II mencoba untuk membuat suatu terobosan mengenai pemanfaatan kotoran satwa sebagai energi alternatif terbaharukan. Dari berbagai satwa yang ada di Taman Safari Indonesia II, kita pilih sapi bali sebagai bahan yang akan jadikan riset. Hal ini dikarenakan Taman Safari Indonesia II dikenal memiliki sebuah “Research Center” untuk pemuliabiakan sapi bali dan hingga saat ini pemanfaatan kotoran sapi bali ini hanya sebatas pupuk kompos. Sehingga kita berfikiran untuk mengembangkannya menjadi “biogas” yang kita kombinasikan dengan urine gajah sebagai bahan dasarnya.
Pembuatan biogas di TSI II berpotensi baik karena selain sebagai lembaga konservasi ex-situ, TSI II berperan penting dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, bagaimana cara mengolah limbah dengan baik dan dapat diubah menjadi sumber energi alternatif, yaitu biogas. Di Indonesia, kotoran hewan yang biasa digunakan untuk biogas adalah kotoran sapi. Biogas umumnya digunakan untuk memasak sebagai pengganti dari LPG, minyak tanah, kayu bakar dan lampu penerangan. Sedangkan sisa pembuangan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang.
TSI II memiliki 16 ekor sapi bali yang diletakkan di lokasi pemuliabiakan sapi bali dan banteng, dimana 11 ekor diantaranya adalah sapi dewasa. Satu ekor sapi bali dewasa dapat mengeluarkan feses (kotoran) kurang lebih 7 kg setiap harinya, sehingga jumlah feses dalam satu hari untuk sapi bali dewasa saja mencapai 77 kg. Hal tersebut berarti, dalam satu bulan jumlah feses yang diproduksi oleh sapi bali dewasa mencapai 2.310 kg. Melihat potensi tersebut, TSI II berusaha membuat reaktor biogas yang berfungsi untuk bahan bakar alternatif pengganti LPG yang dimanfaatkan untuk dapur ransum satwa.

Proses Pembuatan Reaktor
Pembuatan reaktor biogas dimulai dengan menggambar desain lokasi dan menentukan tempat yang akan dibangun reaktor biogas. Setelah diperoleh lokasi yang tepat kemudian diberi tanda (patok) di tanah, barulah proses pembangunan dimulai sebagai berikut :
1. Penggalian Tanah 
Penggalian tanah dilakukan sesuai ukuran yang diinginkan, di TSI II membuat reaktor biogas berukuran 10 m³. Penggalian tanah melingkar dilakukan dengan diameter 3 m dan kedalaman 2,5 m.
2. Pemasangan Pondasi dan Corpada Dasar Konstruksi
Pemasangan pondasi pada lantai dasar dilakukan dengan menggunakan besi batang dan dicor dengan ukuran 20 cm.
3. Pemasangan Bata dan Memplester Melingkar pada Dinding Reaktor
Pemasangan bata pada dinding reactor dilakukan melingkar dengan ketinggian 95 cm. Di tengah diameter lubang diletakkan pipa berukuran 0,5 inci tepat pada posisi tegak, selanjutnya memplester dinding reactor dengan ukuran 2-5 cm.
4. Pengurukan Tanah
Pengurukan tanah dilakukan ketika dinding reactor sudah diplester dan kering. Pengurukan dibentuk menyerupai kubah untuk memudahkan proses pengecoran.
5. Pembuatan Menhol
Menhol ini difungsikan sebagai jalan keluar kotoran dari digester  (Tempat mengolah kotoran melalui proses difermentasi oleh bakteri untuk menghasilkan gas) menuju outlet.
6. Proses Pengecoran Kubah
Proses pengecoran kubah dilakukan dengan memasang besi terlebih dahulu sebagai penguat, dimulai dari atas menhol dengan pengecoran balok setebal 25 cm. kemudian pengecoran seluruh kubah dengan ketebalan ± 15-20 cm.
7. Pembuatan Turret (Menara kecil)
Pembuatan menara kecil dilakukan apabila kubah sudah benar-benar kering dan dilapisi semen, pembuatan ini bertujuan untuk melapisi pipa gas utama yang masuk ke dalam kubah agar tidak terjadi kebocoran.Turret dibentuk persegi dengan ukuran tinggi 40 cm dan lebar 30 cm.
8. Pembuatan Outlet (Ruang pemisah)
Sebelum membuat outlet, tanah yang ada di dalam digester harus dikeluarkan dahulu melalui menhol. Pembuatan outlet dilakukan di belakang menhol.
9. Pembuatan Penutup Outlet
Pembuatan penutup outlet dapat dilakukan di tanah yang rata sesuai ukuran. Pembuatan dilakukan dengan pemberian besi sebagai penguat, kemudian dicor. Penutup outlet berjumlah 3 buah, tujuannya untuk memudahkan ketika membuka.
10. Pembuatan Inlet
Pembuatan inlet difungsikan untuk mencampur kotoran dengan air, sehingga menghasilkan campuran dengan kandungan padat 8% - 10% sebelum dimasukkan ke dalam digester.
11. Pembuatan Slurry (Pembuangan)
Pembuatan slurry ini dilakukan untuk menyalurkan kotoran yang sudah siap untuk dijadikan pupuk organic dari biogas.
12.  Pengecatan
Proses pengecatan dilakukan setelah proses pembuatan reactor selesai dikerjakan. Bagian yang dicat adalah kubah di dalam digester. Cat harus dicampur dengan semen supaya lebih kuat. Pengecatan ini difungsikan agar tidak ada kebocoran dalam digester.
Setelah reaktor biogas selesai di buat, reaktor akan diisi dengan kotoran sapi bali sejumlah ±1 ton pada pengisian pertama dan dicampur dengan air. Selanjutnya digester akan terus diisi dengan kotoran yang dicampur dengan air agar bakteri tetap bisa memproduksi gas yang optimal.
Gambar 1. Sketsa Reaktor Biogas
Keterangan :
1. Inlet / Mixer         5. Mainhole
2. Pipa Inlet          6. Outlet
3. Digester                 7. Slurry
4. Penampung Gas 8. Pipa Gas Utama

Hasil
Dari riset yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pembuatan reaktor biogas di kandang pemuliabiakan sapi bali ternyata dapat dijadaikan sebagai pengganti LGP di dapur ransum satwa (Gambar 2.). Dengan menggunakan kompor yang berasal dari biogas akan lebih aman, karena terhindar dari resiko meledaknya tabung gas LPG. Gas yang dihasilkan dari biogas lebih banyak, sehingga dapat dipergunakan yang lebih banyak pula.

Gambar 2. Pemanfaatan Biogas untuk memasak di dapur Ramsum Satwa
Gas yang dihasilkan ini memiliki warna yang lebih biru. Warna api yang biru pada kompor biogas menunjukkan bahwa api yang dihasilkan cukup panas, sehingga membuat masakan  lebih cepat matang. Warna nyala api ini hampir sama dengan warna api pada kompor gas LPG, sehingga jika kita ingin memasarkannya akan lebih mudah, karena kebanyakan pengguna selalu menginginkan nyala api pada kompor yang berwarna biru. Gambar nyala api dari biogas dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3. Nyala Api pada kompor yang menggunakan Biogas
Dengan adanya biogas, Dapur ransum satwa bisa menghemat ± 3 tabung LPG berukuran 12 kg atau sekitar Rp. 405.000,- per bulannya. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan Biogas di dapur ransum satwa cukup efektif dan bermanfaat. Sealain sebagai 
Reaktor biogas yang berhasil dibuat dapat dijadikan sebagai percontohan bagi masyarakat sekitar untuk memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas. Selain itu kotoran yang keluar dari lubang slurry dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Apabila dimanfaatkan dengan baik pupuk tersebut bisa menjadi nilai jual yang tinggi bagi TSI II. 
Melalui Riset ini terbukti bahwa kotoran sapi bali jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan menjadi suatu bahan yang sangat berguna, yakni sebagai biogas. Dalam pembuatannya biogas berbahan dasar kotoran sapi bali dan dicampur dengan urine gajah. Maksud dari pencampuran dengan urine gajah ini bertujuan agar proses reaksi lebih cepat dan lebih sempurna. Karena seperti yang kita ketahui bahwa urine gajah mengandung amonia yang cukup tinggi. Dari hasil riset ini menunjukkan bahwa dengan adanya pencampuran urine gajah dapat mempercepat proses reaksi, yang semestinya api baru bisa menyala pada hari ke 5 – 7, ternyata dengan pencampuran ini dalam waktu 3 hari kompor sudah bisa menyala.
Dari sisi ekonomi, biogas ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Karena dari hasil yang ada menunjukkan bahwa, penghematan dengan menggunakan biogas ini cukup tinggi. Dapur ransum satwa bisa menghemat Rp. 405.000,- / bulan. Dari sisi ekonomi inilah yang dapat kita tonjolkan. Dengan modal awal sekitar Rp. 18.000.000,- dan bahan baku yang gratis (karena kita sudah punya). Ini hanya baru dapur ransum satwa saja, bukan tidak mungkin jika kita salurkan dan gunakan ke lokasi yang lain maka penghematan akan lebih besar lagi. Hal ini didukung pula dengan massa penggunaan biogas yang bisa dipergunakan sekitar 5- 10 tahun.
Dari sisi edukatif, adanya biogas ini tentunya akan lebih meningkatkan mutu dari TSI II itu sendiri yang merupakan wahana wisata berbasis edukasi. Dengan adanya biogas ini, diharapkan pengunjung (dalam hal ini yang berhubungan dengan edukasi) akan lebih tertarik untuk datang dan mempelajari tentang biogas yang ada di TSI II

Eko - Education SPV